Kamis, 16 September 2010

Purwaceng


Alkisah dahulu kala beberapa orang petani terhenti mengerjakan ladang garapannya dikarenakan hujan turun dan hawa sangat dingin. Mereka berteduh di bawah lekukan batu besar yang bagaikan atap yang menaungi mereka. Akan tetapi, dinginnya udara saat itu tidak terelakan. Oleh karena itu, para petani mulai iseng, ada yang menggerak-gerakkan badannya, ada yang mendekat ke dinding batu, ada juga yang sambil mengunyah batang rumput-rumputan.
 Tidak sengaja, saat seorang petani menggigit salah satu jenis batang rumput yang daunnya lain dari rumput biasannya, ia merasakan reaksi badannya menjadi hangat sehingga teman-temannya yang lainpun ikut mencoba-coba. Ternyata benar, mereka kemudian dapat mengatasi rasa dingin di sekitarnya. Kehangatan tubuh yang mereka rasakan itu tersimpan sampai malam/ subuh, bahkan hingga saat “tugas malam” ternyata juga masih menimbulkan reaksi yang menakjubkan.

Kejadian itu kemudian menjadi buah bibir dimasyarakat, serta merta mereka menjuluki rumput berkhasiat tersebut dengan nama PURWACENG, yang berarti Purwa = ter dan Ceng = tegang.
 Setelah diadakan penelitian ilmiah, ternyata jenis tanaman perwaceng ini sejenis dengan tanaman ginseng yang tumbuh di Korea dan Cina, dengan nama latin Pimpinella Fruacan. Dari tanaman ini pula dapat dibuat sebuah ramuan dan minuman yang dicampur dengan kopi atau kapulaga, berguna sebagai penghangat badan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar